Jurnal Mitra Pembangunan Hukum https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/JMPH en-US febriansudiprasetya@gmail.com (Muhammad Febrian) Tue, 19 Mar 2024 13:34:54 +0000 OJS 3.1.2.0 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 ANALISIS PEMBATALAN PUTUSAN BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA (BANI) OLEH PENGADILAN NEGERI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 (STUDI PUTUSAN No. 305/Pdt.G/BANI/2014/PN. Jkt-Utr) https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/JMPH/article/view/6480 <p>Arbitrase sebenarnya merupakan alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan, namun meskipun<br>begitu, pengadilan masih tetap mempunyai peranan dalam pendaftaran, pengakuan, dan pelaksanaan<br>putusan yang dibuat oleh arbitrase. Permohonan pembatalan putusan arbitrase merupakan sebuah upaya<br>hukum dari pihak yang tidak puas dari dijatuhkannya putusan arbitrase, kemungkinan untuk dibatalkannya<br>putusan arbitase, menimbulkan sebuah kerancuan dalam penafsiran Pasal 60 UU Arbitrase. Kerancuan<br>tersebut adalah dengan adanya kemungkinan dibatalkannya putusan arbitrase, apakah menghilangkan sifat<br>putusan arbitrase yang final dan mengikat. Lebih lanjut, UU Arbitrase tidak menyebutkan mengenai adanya<br>upaya hukum untuk pihak yang tidak puas dengan putusan arbitrase. Permasalahan yang diangkat dalam<br>penelitian ini adalah bagaimanakah pengajuan permohonan pembatalan putusan BANI yang bersifat final<br>yang diajukan ke Pengadilan Negeri menurut ketentuan Pasal 70 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase?<br>apakah pengajuan permohonan pembatalan putusan BANI ke Pengadilan Negeri sudah tepat menurut Pasal<br>70 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase? dan bagaimanakah akibat hukum dari dibatalkannya Putusan<br>Badan Arbitrase Nasional (BANI) Nomor 513/IV/ARB-BANI/2013? Metode penelitian yang digunakan<br>adalah metode penelitian hukum normatif yang didukung data kepustakaan atau data sekunder yang terdiri<br>dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Dalam penelitian ini Penulis<br>membahas perihal pengajuan permohonan pembatalan putusan BANI yang bersifat final yang diajukan ke<br>Pengadilan Negeri menurut ketentuan Pasal 70 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase juga mengatur<br>tentang kemungkinan terjadinya pembatalan terhadap putusan arbitrase oleh pengadilan, dimana pengajuan<br>permohonan pembatalan putusan BANI ke Pengadilan Negeri sudah tepat menurut Pasal 70 UU No. 30<br>Tahun 1999 tentang Arbitrase, dan akibat hukum dari dibatalkannya Putusan BANI Nomor 513/IV/ARBBANI/2013 adalah menjadi dinafikkannya Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor<br>513/IV/ARB-BANI/2013 atau putusan tersebut dianggap tidak pernah ada.</p> Joyo Supriyanto Copyright (c) 2024 https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/JMPH/article/view/6480 Tue, 19 Mar 2024 00:00:00 +0000 IMPLEMENTASI JAMINAN FIDUSIA ATAS SERTIFIKAT KEPEMILIKAN BANGUNAN GEDUNG-SARUSUN TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK MENURUT UNDANG – UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/JMPH/article/view/6482 <p>Dalam upaya mewujudkan rumah susun bagi masyarakat berpenghasilan rendah telah memunculkan<br>beberapa gagasan dalam mengatasi keterbatasan lahan. Salah satunya adalah dengan mengalokasikan tanah<br>yang teregistrasi sebagai Barang Milik Negara, Barang Milik Daerah. Bahkan tidak hanya itu, Pemerintah<br>juga membuat suatu konsep pemanfaatan tanah-tanah wakaf dengan cara sewa sebagai aktualisasi program<br>rumah susun umum bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum<br>normatif, yang menggunakan data sekunder terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan<br>bahan hukum tersier. Adanya disharmonisasi peraturan Perundang-undangan antara Undang-Undang<br>Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang<br>Rumah Susun, hal tersebut disebabkan karena adanya dualisme peraturan yang mengatur tentang Jaminan<br>kebendaan yaitu Lembaga Jaminan Hak Tanggungan dan Lembaga Jaminan Fidusia. Kepastian Hukum<br>terhadap Sertifikat Kepemilikan Bangunan Gedung (SKBG) Sarusun yang diterbitkan atas Barang Milik<br>Negara/Daerah berupa tanah yang dibebani Jaminan Fidusia menjadi tidak mempunyai kepastian hukum,<br>hal tersebut disebabkan setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan<br>pasal 4 ayat 2 dan penjelasannya telah sempurna, bahwa jaminan kebendaan terhadap Hak Pakai atas tanah<br>negara wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dapat juga dibebani Hak Tanggungan</p> Hanjar Prihadi Copyright (c) 2024 https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/JMPH/article/view/6482 Tue, 19 Mar 2024 00:00:00 +0000 URGENSI PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PERLINDUNGAN PEREMPUA DAN ANAK (UPTD PPA) SEBAGAI WUJUD PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DI INDONESIA https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/JMPH/article/view/6484 <p>Untuk melindungi dan menjamin terpenuhinya hak anak agar terbebas dari kekerasan seksual, pemerintah<br>pusat dan pemerintah daerah harus hadir menyelesaikan permasalahan kekerasan seksual terhadap anak<br>tersebut. Kehadiran negara tersebut dalam bentuk produk hukum yang lebih keberpihakan atas anak korban,<br>keluarga korban, dan saksi. Setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak<br>Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) diharapkan dapat membawa angin segar atas perkembangan hukum<br>di Indonesia. Salah satunya melalui pengaturan terkait upaya pencegahan, pelindungan, dan pemenuhan<br>hak anak korban, keluarga, dan/atau saksi serta adanya penambahan sanksi pidana dan/atau perdata<br>tambahan kepada pelaku korban sebagai bentuk pertanggungjawaban atas perbuatannya. Untuk<br>mengoptimalkan pelaksanaan pencegahan, penanganan, pelindungan, dan pemulihan atas anak korban,<br>maka kegiatan tersebut perlu dikoordinasikan oleh suatu unit pelaksana teknis di daerah yang membidangi<br>urusan pemberdayaan perempuan dan anak. Mengingat pentingnya upaya pencegahan, penanganan,<br>pelindungan dan pemulihan anak korban maka pembentukan unit pelaksana teknis daerah sebagaimana<br>diamanatkan dalam UU TPKS harus secepatnya terbentuk di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.</p> Dewi Wulansari Copyright (c) 2024 https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/JMPH/article/view/6484 Tue, 19 Mar 2024 00:00:00 +0000 PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENCUCIAN UANG PADA PT FIRST ANUGRAH KARYA WISATA (FIRST TRAVEL) DAN PT AMANAH BERSAMA UMMAT (ABU TOURS & TRAVEL) (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 3095 K/PID.SUS/2018 DAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1577 K/PID.SUS/2021) https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/JMPH/article/view/6488 <p>Perekonomian yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi perlu didukung oleh kelembagaan<br>yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan salah satu lembaga tersebut adalah<br>korporasi. Korporasi saat ini mengalami perkembangan pesat dari segi kualitas dan kuantitas serta banyak<br>memberikan keuntungan bagi negara dan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, perbuatan yang<br>dilakukannya harus bersandar pada regulasi yang berlaku. Walaupun sudah ada beberapa regulasi yang<br>mengatur, masih banyak tindakan korporasi yang tidak sesuai kaidah peraturan. Salah satunya adalah<br>terjadinya peristiwa pencucian uang oleh beberapa korporasi yang merupakan biro perjalanan wisata haji<br>dan umrah. Penelitianini mengangkat bagaimana secara yuridis normatif tentang pengaturan korporasi<br>yang menjalankan usaha yang menghimpun dana masyarakat dan bagaimana terjadinya disparitas dari<br>putusan pengadilan atas dua kasus korporasi yang melakukan tindak pidana pencucian uang. Penelitian ini<br>menggunakan metode pendekatan masalah berupa pendekatan kasus dan undang-undang serta data yang<br>digunakan adalah data sekunder yang terdiri atas bahan primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum<br>tersier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua perusahaan di atas bukan lembaga keuangan yang dapat<br>menghimpun dana masyarakat dan adanya disparitas atas putusan pengadilan yang menjerat korporasi dan<br>pengendali korporasi dapat mengakibatkan terjadinya ketidakpastian hukum</p> Muhammad Ega Nugroho Perdana Copyright (c) 2024 https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/JMPH/article/view/6488 Tue, 19 Mar 2024 00:00:00 +0000 EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA UNTUK PERLINDUNGAN DEBITUR DI WILAYAH DKI JAKARTA https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/JMPH/article/view/6489 <p>Perkembangan dunia usaha belakangan ini, mengalami kemajuan yang cepat dan pesat. Kemajuan tersebut<br>dikarenakan penyediaan barang dan jasa memberikan kemudahan dalam proses pembelian sehingga<br>membuat tingkat konsumtif masyarakat terus bertambah. Kemudahan yang diberikan berwujud dalam<br>pemberian fasilitas kredit dari kreditur kepada debitur. Pemberian kredit tidak terlepas dari adanya suatu<br>jaminan dalam transaksi kredit, salah satu jaminan yang sering dipakai masyarakat dalam kehidupan seharihari yaitu jaminan fidusia</p> Juanita Valeri Tanamal Copyright (c) 2024 https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/JMPH/article/view/6489 Tue, 19 Mar 2024 00:00:00 +0000