PENDAMPINGAN PENGRAJIN TEMPE DAUN WARU KAMPUNG BUARAN UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAN TERCAPAINYA PROSES PRODUKSI BERSIH
Abstract views: 44 | PDF downloads: 50
Abstract
Pembuatan tempe juga tidak terlepas dari limbah yang dihasilkan terutama limbah cair. Studi awal menyatakan limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan nata de soya sedangkan sisa limbah cair yang tidak dimanfaatkan harus diolah terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan. Begitupun yang terjadi di Kampung Buaran terdapat 12 pengrajin tempe dengan ciri khas yaitu tempe dibungkus daun waru tetapi produk dan produsen tempe tersebut belum mampu bersaing dipasaran dibanding yang menggunakan plastik atau daun pisang. Faktor utama yang menjadi masalah adalah modal, sebab pengrajin ini masuk kategori masyarakat non produktif. Hal ini dapat dibuktikan dengan penghasilan bersih sekitar 30.000-50.000 rupiah dengan kapasitas produksi 10-25 kg per harinya. Pendapatan tidak sebanding dengan usaha yang telah dikeluarkan, dibutuhkan usaha untuk membantu meningkatkan pendapatan sekaligus mendukung tercapainya green economy dan proses produksi bersih. Berdasarkan analisa situasi dan permasalahan mitra maka tujuan utama dari kegiatan ini adalah pendampingan lanjutan terkait analisa gizi dan cara pengawetan secara alami agar mendapatkan ijin edar (ijin dagang). Analisa gizi nata yang perlu diperhatikan menurut SNI tahun 1996 adalah aroma, rasa, warna, tekstur normal, dan kandungan seratnya (maksimal 4,5%). Hasil yang didapatkan semua telah memenuhi seperti nata pada umumnya dan kandungan seratnya 1,4%.
Copyright (c) 2024 SULUH: Jurnal Abdimas
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.